:[ EPILOG ]:
Bayu pantai di keredupan bayang petang bertiup lembut, membelai setiap inci tubuh ini. Di kejauhan sana, mereka berkejaran. Teruna dan dara memadu cinta. Ombak dan paintai saksi mereka. Gelora di lautan itu bukan lagi musuh. Bukan lagi pemisah sebuah kisah kasih di dada.
Si teruna, kacak bergaya. Senyumnya adalah ria di jiwa si dara. Tajam matanya adalah kekuatan sebuah ikatan. Sasa tubuhnya adalah pelindung sekeping hati agar pudar segala resah, agar hilang segala gundah.
Dan si dara itu, lurus rambutnya terbuai ditiup bayu. Di matanya ada cinta. Di hatinya ada setia. Di jiwanya ada diri kita. Senyumnya, redup matanya, suaranya dan tingkahnya adalah pusaka abadi.
Dari kejauhan ini, sesekali kelihatan dia tersenyum dan rindu ini semakin dalam. Sesekali tenang wajah ayu itu berpaling dan jiwa ini meronta, merobekkan luka yang sedia ada. Rindu dan pasrah saling bertautan. Sesekali juga tangannya melambai mesra, meleraikan segala pedih yang menghiris, bertahun lamanya.
Di kejauhan ini juga, seolah-olah terdengar suara merdumu. Bayu lembut ini bagai membelai dua jiwa. Berbisik lembut bahawa kasihmu setia. Cintamu tetapkan tega, Sesetia pantai menanti sang ombak yang tetapkan tega menghempas diri ke dada rapuhnya. Walau ditepis rindu yang bertandang namun sentuhnya tetap terasa. Sedingin saljunya rindu di hamparan cinta dan airmata.
Si teruna, kacak bergaya. Senyumnya adalah ria di jiwa si dara. Tajam matanya adalah kekuatan sebuah ikatan. Sasa tubuhnya adalah pelindung sekeping hati agar pudar segala resah, agar hilang segala gundah.
Dan si dara itu, lurus rambutnya terbuai ditiup bayu. Di matanya ada cinta. Di hatinya ada setia. Di jiwanya ada diri kita. Senyumnya, redup matanya, suaranya dan tingkahnya adalah pusaka abadi.
Dari kejauhan ini, sesekali kelihatan dia tersenyum dan rindu ini semakin dalam. Sesekali tenang wajah ayu itu berpaling dan jiwa ini meronta, merobekkan luka yang sedia ada. Rindu dan pasrah saling bertautan. Sesekali juga tangannya melambai mesra, meleraikan segala pedih yang menghiris, bertahun lamanya.
Di kejauhan ini juga, seolah-olah terdengar suara merdumu. Bayu lembut ini bagai membelai dua jiwa. Berbisik lembut bahawa kasihmu setia. Cintamu tetapkan tega, Sesetia pantai menanti sang ombak yang tetapkan tega menghempas diri ke dada rapuhnya. Walau ditepis rindu yang bertandang namun sentuhnya tetap terasa. Sedingin saljunya rindu di hamparan cinta dan airmata.